Dalam surat Al Fatihah yang terus kita baca pada shalat kita mengandung pelajaran bahwa ada dua macam hidayah yang terus kita minta pada Allah, yaitu hidayah supaya terus mendapatkan penjelasan kebenaran dan hidayah supaya dapat menerima kebenaran tersebut. Inilah yang akan kita kaji dalam faedah surat Al Fatihah selanjutnya.
Ayat yang kita kaji saat ini adalah,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“Tunjukilah (berilah hidayah) kami jalan yang lurus” (QS. Al Fatihah: 6).
Bid’ah Menyelisihi Jalan yang Lurus
Kata Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah, ayat ini berisi bantahan terhadap orang yang berbuat bid’ah. Alasan dari maksud Syaikh Muhammad, karena bid’ah itu menyelisihi jalan yang lurus (shirotol mustaqim). Jalan Allah itu jalan yang lurus dan jelas untuk ditempuh. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya.” (QS. Al An’am: 153). Jalan yang lurus itu satu, sedangkan jalan kesesatan itu banyak. Dan jalan yang lurus itulah yang kita ikuti.
Memahami Dua Macam Hidayah
Setelah Syaikh Muhammad menyampaikan faedah di atas, -guru kami- Syaikh Sholih Al Fauzan hafizhohullah menyampaikan pelajaran penting lainnya tentang masalah hidayah. Beliau menjelaskan bahwa hidayah itu ada dua macam:
1- Hidayah dalalah wa irsyad, yaitu memberikan penjelasan
2- Hidayah tawfiq wa tasdiid, yaitu menerima dan menjalankan kebenaran.
Hidayah yang pertama dimaksudkan untuk seluruh makhluk baik muslim maupun kafir, yaitu berupa penjelasan bagi mereka berupa kebenaran. Karena Allah telah menjelaskan kebenaran pada setiap makhluk, namun orang kafir enggan menerima. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى
“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk” (QS. Fushshilat: 17). Dalam ayat ini, petunjuk yang dimaksud adalah hidayah dalalah wa irsyad, yaitu berupa penjelasan. Hidayah semacam ini ditujukan pada seluruh makhluk sampai pun pada orang kafir seperti kaum Tsamud.
Adapun hidayah kedua adalah hidayah untuk menerima kebenaran atau untuk menjalankan penjelasan yang telah diberikan. Inilah yang disebut dengan hidayah taufik. Dan ini diberikan khusus pada orang beriman.
Sehingga dalam shalat kita ketika membaca Al Fatihah ini, maka berarti kita meminta pada Allah dua macam hidayah di atas.
Dalam dakwah atau mengajak yang lain dalam kebaikan, tugas kita hanyalah menyampaikan penjelasan (hidayah dalalah wal irsyad), sedangkan hidayah taufik untuk menerima kebenaran hanyalah pada kuasa Allah. Sampai pada orang yang kita cintai pun kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk hidayah taufik ini.
Semoga Allah memudahkan kita untuk terus berada di jalan yang lurus. Hanya Allah yang memberi taufik.
Referensi:
Syarh Ba’du Fawaidh Surotil Fatihah, -guru kami- Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al Fauzan, terbitan Dar Al Imam Ahmad.
—
@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, 11 Jumadal Ula 1434 H
Silakan follow status kami via Twitter @RumayshoCom, FB Muhammad Abduh Tuasikal dan FB Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat